Rabu, 23 September 2015

Hati yang Diperbarui

Alhamdulillah setelah 48 hari di lingkungan yang baru aku mulai bisa menerima ini jalanku. Tidak mudah memang untuk merasakan kelegaan seperti ini. Tidak mudah memang menjadi pribadi yang bijak. Pribadi yang tetap bersyukur, berpikir positif, dan ikhlas dengan ketentuan-Nya. Lagi-lagi Allah Maha Mengetahui bagaimana hamba-Nya. Allah melihat bagaimana upaya hamba-Nya. Allah pasti akan mempermudah, mendekatkan, dan memberkahi.

Ada beberapa hal yang aku harus lakukan disaat-saat sulit. Aku harus cepat-cepat kembali menyerahkan urusan pada-Nya. Aku harus percaya bahwa itu bukan hukuman, tapi ujian dengan janji indah yang pasti akan ditepati-Nya. Aku harus berpikir positif bahwa semua bisa dilewati dengan izin-Nya. Aku hanya perlu menjalani yang ada, tetap berdoa dan bersabar. Aku harus ikhlas, kalau terkadang itu sedikit menyakitkan. Aku harus terima karena rasa sakit itu benar-benar akulah yang menjadi penyebabnya. Sederhananya akulah yang menghukum diriku sendiri dan membuat aku semakin jauh dari pertolongan-Nya. Di sinilah kita bebas memilih untuk berlama-lama dalam rasa sakit atau ingin segera lolos dari ujian.

Ternyata, saat aku telah memperbaiki pola pikir dan paham makna kasih sayang-Nya, dalam waktu cepat Allah sang Pembolak-Balik hati memperbaikinya. Allah segera menunjukkan jalan-Nya. Di saat-saat inilah terasa manisnya "Iman".

Tulisan ini aku buat sebagai pengingat pada diri sendiri. Disaat aku mulai terlupa dan tidak lagi berjalan di rambu-rambu yang ada. Aku bisa membaca ini kembali. Aku bisa mengingat bahwa aku harus cepat-cepat kembali pada aturan-Nya.

Terima kasih yang mendalam untuk semua orang-orang yang menyayangiku dan tentunya aku juga menyayangi kalian semua. Benar-benar rasa syukur yang mendalam untukMu Ya Allah, Penciptaku.

Selamat Hari Raya Idul Adha 1436 H

Ikhlas

Benar adanya tiap masalah yang berhasil dilewati akan membuat seseorang dewasa. Selama ini aku senang membuat rencana dan berjalan dengan baik. Aku juga jarang tidak mendapatkan yang aku inginkan. Berbeda halnya diusiaku yang ke 25 ini. Aku benar-benar diuji dengan "ikhlas".

Ujian pertama itu pada bulan April, KAA yang dilaksanakan di Bandung tahun 2015 bertepatan dengan aku  bertengkar dengan sahabat baikku. Kami telah bersahabat selama 7 tahun dan harus rela berpisah hanya karena salah paham. Saat itu aku sangat sedih tapi ego membuatku seakan tegar dan bersikap seolah semua baik-baik saja. Aku memaksa diri untuk merelakan bahwa kami tidak lagi bisa beriringan.

Ujian kedua masih di bulan yang sama. Entah karena kesibukan mengejar deadline penelitian, entah karena kondisi psikologis (kehilangan sahabat), kesehatanku memburuk. Aku kembali merasakan sakit seperti 7 tahun yang lalu. Tiap sebentar aku bisa saja jatuh tidak sadarkan diri dengan tekanan darah yang rendah dan berat badan yang semakin hari semakin menurun. Allah Maha Mengetahui dan Maha Penyayang, ujian yang diberikan pasti sesuai kemampuan hamba-Nya. Meskipun aku kehilangan sahabat, aku tetap ditemani oleh seseorang selama ujian ini berlansung.

Ujian ketiga, Akhir Mei aku harus berjuang dengan target penyelesaian studi dan menyiapkan berkas untuk studi berikutnya. di bulan ini, aku bergerak seperti orang yang sangat kuat dan lupa bahwa Allah memberikan ujian. Aku merasa bahagia karena target bulan ini tercapai.

Ujian keempat, di bulan Juni aku harus mengambil keputusan untuk menunda studi berikutnya karena beasiswa. Aku harus pulang, dan mengikuti permintaan orang tua. Inilah pergelokan terbesar yang ada dalam hidupku. Di saat inilah, aku baru merasakan bahwa aku mulai tidak tau mana jalan yang terbaik untukku. Aku sangat sedih hingga lupa bersyukur. Kesehatanku mulai memburuk lagi. Aku menangis setiap malam bukan meminta kekuatan, tapi meminta supaya yang aku inginkan diwujudkan. Banyak orang-orang yang aku sayangi dan yang menyayangiku aku sakiti karena melihat kondisiku yang tidak bisa ikhlas. Aku hanya hidup dengan pikiranku. Aku hanya berpkir semua rencanaku yang paling baik. Aku seolah takabur dan sok tau tentang jalan hidupku. Benar-benar di bulan ini aku lupa bersyukur. Aku hanya memikirkan kenapa Allah tidak mewujudkan apa yang aku inginkan. Sungguh benar firman-Nya, "Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan". Ujian terberat ini pun aku lalui tidak sendiri. Banyak orang yang ada disampingku. sesosok orang yang ada disampingku kembali membantuku untuk menjadi hamba yang bersyukur dan mengajarkanku untuk ikhlas. Allah Maha Mengetahui bagaimana hamba-Nya.

Ujian kelima di bulan Agustus, aku harus benar-benar ikhlas dengan kenyataan bahwa semua yang aku inginkan tidak aku dapatkan. Kalau selama ini seseorang itu bisa menemani, di bulan ini Allah punya skenario lain. Aku lupa bahwa Allah menghadirkan orang itu semata-mata membuat aku menjadi hamba yang bersyukur dan ikhlas. Aku malah merasa sebaliknya. Aku sedih karena harus ikhlas dia tidak bisa selamanya bersamaku. Seperti biasa kondisi kesehatanku memburuk lagi. Sungguh Allah Maha Mengetahui bagaimana hamba-Nya. Alhamdulillah aku tetap diberikan kekuatan, tetap diberikan pertolongan, dan aku tetap bisa melewati ujian ini. Ujian ini bisa dilewati bukan lagi karena sahabat yang selalu ada di sampingku, bukan "sesosok orang", ataupun keluarga tapi karena pertolongan-Nya. Saat akal dan pikiran tidak tau lagi bagaimana caranya, dan tidak ada lagi yang bisa bersama kita, disaat itulah kita baru benar-benar merasakan pertolongan-Nya sangat dekat.

Lima Ujian yang Allah berikan untukku semata-mata hanya ingin membuatku menjadi hamba yang bersyukur dan ikhlas. Mungkin aku sudah mulai terlupa bahwa apapun yang terjadi di dunia ini tidak luput dari izin-Nya. Aku sudah mulai lupa bahwa apapun yang aku terima, perhatian dan kasih sayang orang-orang untukku, kemudahan-kemudahan yang aku dapat, dan kesehatan benar-benar semua karena pertolongan, kasih, dan sayang-Nya. Subhanallah, perlahan aku mulai menyadari kesalahanku dan mendekatkan diri pada-Nya.

Jumat, 19 September 2014



ibu.. disaat tak lagi ada yg menoleh padaku...
engkau tetap mendekapku..  
disaat tak ada lagi yg mendengar ucapanku
engkau tetap berbisik padaku.. "ibu masih.. dan ibu slalu ada"
 
ibu...  
tatapanmu...  
hangat dekapanmu..  
getar suaramu..  
yg membuatku harus tegak..
 "aku berjuang untukmu"



ibu..

aku pasti rindu

aku pasti khawatir

tapi, ini jalan yang kupilih

tetaplah menyambutku saat aku pulang nanti..


ibu..

tetap kirimkan doa untukku..

tetap kirimkan dekapan hangatmu..

tetap kirimkan bisik-bisik itu..

Senin, 31 Maret 2014

ada kicauan burung..
ada tawa dan sorakan anak muda..
ada hijau dan sejuknya udara

      Namun, hati ini tetap beku. Tetap saja pikiran ini melayang terbawa angin. Entah kemana muaranya. Aku tetap memilih menyimpannya sendiri. Kini, aku tidak tau lagi bagaimana cara mengungkapkannya. Padahal, aku memiliki yang terdekat yang ada disampingku. Bukan aku tidak mempercayainya. Kali ini, semua terasa bercampur aduk. Mengertikah ia dengan pikiran dan bahasaku? 
          Aku takut, benarkah jalan yang kupilih? Seberapa yakin aku akan bertemu dengan pilihanku? Pada siapa aku bertanya semua kebingunganku? Mereka pun demikian halnya, berada dalam kebingungan. 
           Aku takut, apakah keresahan ini sebuah pertanda aku butuh sosok yang lebih dekat dan lebih mengerti? Sosok seperti apa yang aku harapkan? Dengan harapan kesempurnaannya, apakah ia bersedia memilihku? Memilih mengurus dan membimbing orang yang tidak mandiri? Entahlah, ini rasa apa dan ini kegelisahan yang sangat menyiksa.
          Belum terjawab kebingungan ini, terlintas sisi kehidupan yang lain. Ada mereka yang berpikir keras untuk mempertahankan hidup. Memeras keringat untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sangat jauh bahagianya aku. Tapi, aku masih saja mengeluh dan tidak tau mau berbuat apa. Inikah yang namanya tidak bersyukur? Apa lagi yang aku inginkan? Apa lagi yang aku pinta? Dengan pemberian ini saja aku tidak bisa memanfaatkannya. Yaa..benar, aku ini sangat memprihatinkan.
            Aku mencoba suasana lain, untuk merilekskan otak dan tubuh. Cukup banyak waktu terbuang, dan tetap saja aku belum banyak belajar. Entahlah..mungkin aku
            Aku bingung,,dengan pikiran dan hati ini. Salah sepertinya aku mendidik diri. Salah sepertinya anggapanku. Aku terlalu cepat mengambil kesimpulan, terlalu cepat mengeluh.

Rabu, 25 Desember 2013

Subhanallah tentang rasa ini

Subhanallah...

Rasa ini hadir lagi..hadir dengan membawa energi tersendiri. Entah ini hanya pembenaran tentang apa yang kupikir..entah ini adalah nyata..
 
Awalnya, aku sangat khawatir, bahwa tidak massanya lagi aku bergelut dengan rasa seperti ini. Aku tidak mengikuti rasa ini seperti sebelumnya. Aku bertanya pada diri sendiri. Bertanya pada beberapa orang. Bahkan aku juga bertanya pada pencipta rasa ini.

Aku butuh waktu.
Aku tidak memaksa diri dan membohongi diri. Aku mencoba menerima, awalnya ini sempat mengganggu fokusku dalam menjalani kegiatan harian. Namun, dengan gigih dan berdoa, aku mendapatkan jawaban dari kehadiran rasa ini. Rasa ini adalah alamiah. Bukan sebuah kesalahan. Aku harus mendapatkan cara dalam mengontrol rasa ini. Ya, saat rasa itu tiba-tiba hadir, aku tarik diri ini untuk melakukan hal yang positif. Kehadirannya membawa energi yang besar dan harus dimanfaatkan. Beberapa kali aku memaksa diri untuk membiasakan diri dengan kegiatan baru. Membaca, mendengar, dan memperhatikan. Aku juga tak lupa meminta dan mengadu pada pencipta rasa ini. Satu bulan aku memaksa diri.

Sekarang, aku merasa sudah lebih baik. Aku tidak perlu takut dengan kehadirannya. Justru ini hal yang harus disyukuri.  Inilah kesempatanku untuk memperbaiki diri. Mulai dari cara berpikir, berbicara, dan bertindak. Inilah cara penciptaku memberikan jalan untukku menjadi pribadi yang pantas untuk meraih mimpi-mimpiku. Inilah jawaban dari pinta dalam sujudku. Semua terasa lebih dekat. Hati dan pikiranku menjadi lebih damai. Perlahan hari-hariku sudah mulai produktif.

Alhamdulillah, kehadiran rasa ini tidak membuatku kebergantungan. Rasa ini seperti guru yang menggerakkan aku berbuat, berbicara, dan bertindak dari hasil olah pikirku. Aku merasa gerbang menuju mimpiku semakin dekat. Ya..dengan gigih, berdoa, tawakkal, dan bersyukur.